Thursday, March 20, 2008

Falsafah Awal dan Respon Positif

Awal adalah hal yang sangat berharga dan bersejarah bagi kehidupan anak manusia. Dikatakan berharga karena darinya berawal segala keberhasilan dan kesuksesan, meskipun tidak sedikit orang yang gagal karena tidak dapat menggunakan awalnya secara proporsional. Dan dikatakan bersejarah karena dari awal itu akan terbentuk bagaimana dan apa manusia itu, sebagaimana sabda nabi Muhammad saw.: "Sesungguhnya anak manusia dilahirkan dalam keadaan fithroh, kemudian orang tuanya yang menjadikannya nasrani atau yahudi atau majusi". Begitupula awal adalah hal yang lazim bagi kita, terutama bagi orang yang selalu ingin bergerak untuk mendapatkan hal-hal yang variatif, misalkan kita ingin mendapatkan spesifikasi atau takhosus ilmu dalam bidang tafsir, maka mau tidak mau kita harus berani mulai untuk memegang buku-buku yang bercorak tafsir, seperti Madkhol Fi ‘ulum at-Tafsir dan bentuk instan tafsir al-Quran tersebut, kemudian selain spesifik dalam bidang tafsir al-Quran kita juga hendak mendalami ilmu komputerisasi, maka mau tidak mau juga kita harus berani memulai untuk mempelajari hal-hal yang bebau komputerisasi, baik melalui buku-buku maupun melalui eksperimen-ekperimen. Lalu selain ingin menguasai ilmu tafsir dan komputerisasi, kita juga berhasrat untuk mendalami ilmu bahasa arab, maka sekali lagi kita harus mulai untuk menghapal kosa kata bahasa arab, melafalkan serta mempelajari ilmu alat yaitu nahwu dan shorof, begitupula seterusnya.

Dengan kalimat yang singkat penulis dapat menyatakan bahwa ‘awal bukan segalanya, akan tetapi semua berawal dari awal’. Awal bukan segalanya, sebab ia hanyalah lahan kosong yang siap untuk diisi, nah proses mengisi dan isinya ini yang sebetulnya berarti, proses mengisi itu sebagai suatu bentuk pembelajaran dan konsep, sedang isi itu adalah hasilnya. Hingga apabila kita banyak mengisi lahan kosong tersebut, kita semakin kaya akan konsep pembelajaran dan hasil yang didapat ‘semua berasal dari awal’.

Akan tetapi kebanyakan kita condong mengisi waktu awal dengan hal-hal yang sifatnya perayaan, hura-hura, happy-happy dan yang amat disayangkan tidak ada tujuan yang lain selain itu, seperi yang sering terjadi pada awal tahun alias tahun baru terutama tahun baru masehi, tidak sedikit orang yang datang berduyun-duyun ke tempat-tempat wisata seperti pantai dan sebangsanya untuk bersenang-senang dengan pasangan atau hanya enjoy menikmati keramaian. Padahal kalau kita perhatikan tahun baru merupakan salah satu momentum untuk menggerakan semangat dan jiwa baru dalam beraktifitas, sehingga hasil yang diperolehpun segar sesegar aktifitas yang dikerjakan. Oleh sebab itu sangat disayangkan apabila momentum yang penting ini tidak diisi dengan hal-hal yang sifatnya produktif untuk diri dan umat.

Maka dari itu kita sebagai insan yang selalu mengharap kebagusan dan keindahan hendaknya menggunakan kesempatan yang berharga ini untuk melakukan hal-hal yang positif guna mencapai hasil yang produktif dan maslahat bagi diri sendiri serta orang lain, di bawah ini penulis sedikit memberi terapi untuk bagaimana menggunakan waktu khususnya di momen awal tahun baru Hijriyah ini, dan barangkali di setiap awal momen hidup anda.

Memperbaharui niat
Yang pertama adalah memperbaharui niat untuk mencapai target yang membangun kemajuan dan perkembangan diri di tahun yang baru ini. Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya perbuatan itu tergantung niat". Ada beberapa hal yang mesti kita catat dalam hal niat, yang pertama niat hendaknya menumbuhkan konsekwensi perbuatan yang kita kerjakan, sebab tanpa konsekwensi itu niat akan hanya sebatas niat tanpa pengaruh yang berarti bagi yang berniat, namun apabila itu terjadi, maka eksistensi kapasitas serta barometer niat dalam diri kita mesti kita pertanyakan. Pentingnya konsekwensi dalam tubuh perbuatan sebagai penghantar pada orientasi serta tujuan yang ingin kita capai, seperti kita berniat untuk memajukan keilmuan di tahun yang baru ini, maka konsekwensi perbuatan kita adalah belajar dengan jalan menghadiri kuliah universitas, ditunjang dengan autodidak, pengajian serta talaqi-talaqi non kuliah. Yang kedua niat dapat menumbuhkan semangat dan dorongan spiritual, karena selain target atau tujuan ""ardiy" yaitu membangun kemajuan dan perkembangan diri yang hendak dicapai oleh yang berniat, pun terdapat tujuan transendental yaitu kerihaan Allah swt. Dan yang ke tiga niat menciptakan suasana harmonis, tenang dan damai dalam diri yang berniat. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa hal yang banyak dikhawatirkan oleh kebanyakan anak adam adalah kegagalan, akan tetapi sebagaimana penulis tuturkan di atas bahwa terdapat tujuan rabbaniyah di dalam niat yaitu Allah sang Pencipta alam semesta, maka yang tepenting bagi orang yang berniat adalah menggapai tujuan yang transendental itu dengan berikhtiyar meskipun terkadang tujuan ardiynya belum tercapai, hingga dia merasa tentram meskipun dalam keadaan seperti itu.

Menilik sejarah dan mematangkan langkah
Terapi yang ke dua adalah menilik sejarah dan mematangkan langkah berdasar fakta sejarah dan proporsionalitas dengan masa yang akan datang. Allah SWT berfirman dalam al-Quran yang artinya "sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal" (Q.S Yusuf : 111). Menurut Hj. Irene Handono bahwa ayat ini adalah isyarat yang menunjukan kepada kita untuk mempelajari dan memahami sejarah. Setiap masing-masing orang tentu memiliki sejarah dalam hidupnya seperti dalam pergaulan, pendidikan, akademis, organisasi, bermasyarakat atau bersosialisasi, berbangsa atau bernegara dan lain sebagainya. Maka melalui i’tibar di atas seyogyanya dua sejarah yang harus senantiasa kita tilik yaitu sejarah diri dengan cara mengambil hal-hal yang positif yang pernah kita rasakan dan menjauhi hal-hal negatif yang pernah kita lakukan. Dan sejarah orang lain meliputi kaum-kaum serta jaman-jaman pada masa lalu dengan jalan megambil pelajaran. Selain menilik sejarah, kita juga harus senantiasa memandang ke depan agar kita tidak ketinggalan jaman atau yang mashur dikenal dengan kuper – kurang pergaulan – , atau tertinggal dengan kemajuan teknologi, atau kemajuan konsep berfikir, atau kemajuan dalam melejitkan bakat diri. Lalu kemudian membentuk konsep serta metode yang menggabungkan dan mempertemukan antara i’tibar sejarah dengan kemajuan jaman. dengan tujuan tidak salah langkah dan acceptable dengan realita yang terjadi.

Membuat program
Selain terapi pertama dan ke dua yaitu niat serta menilik sejarah dan mematangkan langkah, terapi yang ke tiga adalah membuat program jangka panjang dan program jangka pendek. program jangka panjang harus diformat secara komprehensif, sebab program jangka panjang adalah program akhir yang akan dituju oleh kita. Sedang program jangka pendek disusun sebagai spesifikasi dari aktifitas-aktifitas jangka panjang yang bertujuan untuk menyokong program jangka panjang tersebut. oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam membuat program ini, yang pertama program jangka panjang harus memiliki skala yang besar baik dari segi faidah maupun tujuannya, yaitu seperti untuk diri sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa dan agama. Yang ke dua adalah persesuaian antara program jangka pendek dengan program jangka panjang, artinya program jangka pendek harus menjadi tarjamah aplikatif dalam skala kecil untuk membangun dan menyusun program jangka panjang yang berskala besar, supaya jangan sampai program jangka pendek itu bersimpangan jalan dengan program jangka panjang hingga tidak mengena pada tujuan yang diprioritaskan. Dan yang terakhir adalah keakuratan menejmen, hingga hasil yang dicapai mengena tepat pada titiknya.

Konsistensi dan kontinuitas
Terapi yang terakhir adalah konsisten dalam melaksanakan terapi yang pertama, ke dua dan ke tiga yaitu niat, menilik sejarah dan mematangkan langkah dan membuat program jangka panjang dan jangka pendek serta kontinu atau berkesinambungan dalam mengamalkan program-program yang telah dicanangkan itu. Dua hal ini sangat penting sekali ada dalam tubuh indiviu dalam membentuk setiap menejmen, sebab tercapai atau tidak tercapainya suatu target, hasil atau tujuan bergantung pada seberapa besar kapasitas serta barometer konsistensi dan kontinuitas kita dalam mengamalkan apa yang sudah kita format.

No comments: