Monday, March 24, 2008

Model Santri Lulusan ‘Pesantren Kilat Ramadhan’

Jiwa manusia menurut hemat penulis dipengaruhi oleh dua faktor yang dapat membawanya ke dalam wilayah kebaikan dan ke dalam wilayah keburukan, yang pertama yakni faktor intern; yang ditimbulkan oleh dua hal yaitu, dorongan hawa nafsu dan dorongan robbani untuk melakukan ketaatan. Dan yang ke dua dipengaruhi oleh faktor ekstern, yang juga berpotensi untuk membawa jiwa ke dalam wilayah kebaikan dan keburukan, salah satu ‘pintu masuk’ yang dilalui oleh faktor ini adalah pergaulan, jika pergaulan tersebut positif, secara otomatis ‘sang’ jiwa akan merasa positif, namun apabila pergaulan tersebut negatif, maka hasilnyapun demikian. Dorongan-dorongan yang mengarah kepada kenegatifan tersebutlah yang sebetulnya akan menjadi hijab antara ‘sang’ hamba dengan Robnya, hingga tertutupnya potensi-potensi yang menguntungkan bagi ‘sang’ hamba, terlebih lagi jika dorongan negatif dalam jiwanya mendominasi, maka yang terjadi adalah destruktifitas di muka bumi ini.

Dengan melihat realitas ini, bulan suci Ramadhan yang menjenguk umat manusia setahun sekali ini dapat dipastikan, berfungsi sebagai sarana untuk menghantarkan mereka kepada fithroh asal mereka, karena yang berpuasa, selain mendapatkan pahala yang langsung diganjar oleh Allah Swt. namun juga di dalamnya (bulan puasa) terdapat banyak sekali latihan-latihan yang mengandung sejuta hikmah, yang dapat menggiring pada kesadaran diri, baik dalam hubungan antara hamba dengan Robnya, maupun dalam interaksi sosial, hingga santri (orang berpuasa) yang lulus dalam ‘pesantren kilat’ Ramadhan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Jujur

Dalam berpuasa, mereka dilatih untuk senantiasa mengamalkan kejujuran. Kejujuran di sini tidak bermakna definitif yang dibahas di bangku-bangku sekolah dan universitas, namun bermakna aplikatif, misalnya, seorang yang berpuasa tidak makan dan tidak minum di siang hari, bahkan ketika ia dalam keadaan sangat lapar dan dahaga di tengah padang pasir yang disinari oleh terik mentari atau di tengah lapangan, tempat dimana ia bekerja, sebab tatkala ia makan atau minum di siang hari, sedang ia dalam keadaan berpuasa, ia tahu bahwa, ia tidak akan mendapatkan pahala dari sisi Tuhan yang maha Kuasa. Inilah kejujuran yang diajarkan dalam ‘pesantren kilat Ramadhan’, karena bisa saja si ‘yang berpuasa’ membatalkan puasanya ketika ia berada dalam keadaan seorang diri.

2. Empati & Dermawan

Arti kata empati ialah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Santri yang berpuasa, selain diajarkan kejujuran kepadanya, juga diajarkan sikap empati, terutama kepada saudara-saudaranya yang fakir dan miskin, contoh, seorang yang berpuasa tentu merasakan perih dan getirnya perut di saat lapar, sebab tidak terisi oleh makanan. Hal ini mengajarkan kepadanya bahwa, saudara-saudaranya yang fakir dan miskin juga merasakan perasaan yang sama dengan dirinya di saat mereka merasa lapar, bukan disebabkan oleh puasa, tapi disebabkan oleh kondisi mereka yang serba kekurangan. Hingga dampaknya adalah, munculnya sikap dermawan dari ia yang berpuasa, untuk senantiasa memberi dan mencukupi segala kebutuhan mereka (fakir dan miskin).

3. Adil

Allah Swt. yang maha Adil senantiasa megajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bersikap adil, seperti dalam ibadah haji di tanah suci Mekah, Dia memerintahkan kepada orang-orang yang berhaji untuk memakai pakaian Ihrom, dengan tanpa mengenal ras, warna kulit, etnik dan bangsa, melainkan semua saat itu dalam keadaan sama yaitu, berpakaian Ihrom untuk mengikuti perintah Robnya. Begitu juga dalam Ramadhan ini, Dia memerintahkan kepada semua orang mukmin untuk menahan lapar dan haus di siang hari, tanpa memandang status, kaya atau miskin, berpangkat atau tidak berpangkat, semuanya sama dihadapan Allah, mereka diperintah untuk makan, minum dan sebagainya di malam hari, dimulai dengan berpuka puasa dan diakhiri dengan sahur. Ini membuktikan bahwa Allah Swt. maha Adil dan senantiasa mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bersikap adil.

4. Penuh Persiapan

kehidupan di dunia ini suatu saat akan menemui titik akhirnya dan sudah menjadi kepastian bahwa, manusia suatu saat akan menemui ajalnya, maka Allah Swt. mewanti-wanti agar mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan berikutnya; akhirat. Nilai-nilai persiapan ini sebetulnya diajarkan oleh Allah Swt. dalam Ramadhan. Bukankah orang yang berpuasa dianjurkan untuk memakan sahur, supaya di siang hari, katika ia bekerja atau beraktifitas, ia tidak merasakan kepayahan dan keletihan, dan supaya ada energi dan tenaga untuk mengerjakan pekerjaan atau aktifitasnya? Dan bukankah mereka melakukan hal-hal yang mereka butuhkan, sebelum suara adzan berkumandang dan terik mentari menghangatkan badan?.

Dari kondisi ini dapat ditarik sebuah hikmah bahwa, umat manusia harus senantiasa berbekal. Bekal di sini penulis bagi dalam dua bagian, yaitu; yang pertama, berbekal jangka pendek, yakni dalam konteks dunia, seperti, berbekal untuk hidup layak, berbekal untuk mendapatkan prestasi yang gemilang, baik dalam bekerja maupun dalam akademis dan sebagainya. Yang kedua, berbekal jangka panjang, yakni untuk kehidupan akhirat, sebaik-baiknya bekal dalam konteks ini adalah takwa kepada Allah Swt. sebagaimana firman-Nya.: fatazawwadu fainna khoirozzâdi at-taqwa.

5. Tidak menunda-nunda waktu

Murobbi atau pendidik umat manusia terhebat dan terbesar pengaruhnya; Nabi Muhammad Saw. menganjurkan umatnya untuk mensegerakan berbuka puasa apabila waktunya telah tiba. Hal ini mengindikasikan bahwa, ‘pemanfaatan waktu secara cepat dan proporsional’ hendaklah menjadi prinsip yang harus dipegang oleh umat Islam. Dalam al-Quran Allah Swt. banyak sekali bersumpah atas nama waktu, seperti dalam surat al-‘Ashr, ad-Duha, dan al-fajr. Maka sekali lagi penulis kemukakan bahwa, inilah bukti urgensi waktu, hingga Dia yang maha mengetahui bersumpah atas nama waktu. Dan dampak yang dapat kita lihat dengan kasat mata akibat dari pemanfaatan waktu adalah kemajuan, seperti yang dialami oleh negara Jepang, yang menggunakan waktunya untuk membaca.

Demikianlah sebagian model atau ciri-ciri santri lulusan ‘pesantren kilat Ramadhan’, semoga kita semua dapat mengambil ‘ibroh dari puasa bulan Ramadhan yang setiap tahun dijalani oleh kaum Muslimin ini. Amin.

No comments: